Pada masa Rasulullah saw. pernah beberapa kali terjadi
hijrah, hijrah ke Habasyah dan terjadi dua kali, ke Tha’if dan ke
Madinah. Hijrah pertama ke Habasyah dipimpin oleh Utsman bin Affan dan
diikuti oleh istrinya Ruqoyyah putri Rasulullah saw. Sahabat yang hijrah
sebanyak 16 orang, 12 lelaki dan 4 wanita. Rasul saw. mengomentari
hijrahnya Utsman dan istrinya:” Keduanya adalah keluarga pertama yang
hijrah di jalan Allah setelah nabi Ibrahim as dan nabi Luth as”.
Hijrah yang paling monumental adalah hijrah Rasul saw. dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah. Al-Qur’an menyebutkan banyak sekali keutamaan hijrah ini dan mengabadikan penyebutan sahabat yang hijrah dengan penyebutan yang mulia, yaitu muhajirin.
Sedangkan sahabat yang menerima Rasul dan muhajirin mendapat sebutan yang mulia, yaitu anshar (penolong). Keduanya adalah pilar dakwah paling utama dari generasi awwal.“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At-Taubah 100).
Hijrah merupakan bagian yang teramat penting dalam dakwah Islam dan sunnatullah yang terjadi pada para rasul, para nabi dan orang-orang beriman. Mereka meninggalkan negeri untuk menyelamatkan aqidah dan mencari wilayah yang subur demi tegaknya Islam.
Dan Rasulullah saw. sendiri telah memahami hakekat hijrah ini semenjak pertama diutus menjadi rasul, ketika beliau mendengar informasi dari Waroqoh bin Naufal yang disampaikan oleh istrinya tercinta Khodijah ra:” Alangkah baiknya saya masih hidup, ketika kaummu mengusirmu” (riwayat Bukhari) . Dari sinilah, di awal Rasul saw. menerima wahyu, beliau sudah sadar bahwa suatu saat akan diusir oleh kaumnya dan hijrah ke tempat lain.
Hijrah yang paling monumental adalah hijrah Rasul saw. dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah. Al-Qur’an menyebutkan banyak sekali keutamaan hijrah ini dan mengabadikan penyebutan sahabat yang hijrah dengan penyebutan yang mulia, yaitu muhajirin.
Sedangkan sahabat yang menerima Rasul dan muhajirin mendapat sebutan yang mulia, yaitu anshar (penolong). Keduanya adalah pilar dakwah paling utama dari generasi awwal.“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At-Taubah 100).
Hijrah merupakan bagian yang teramat penting dalam dakwah Islam dan sunnatullah yang terjadi pada para rasul, para nabi dan orang-orang beriman. Mereka meninggalkan negeri untuk menyelamatkan aqidah dan mencari wilayah yang subur demi tegaknya Islam.
Dan Rasulullah saw. sendiri telah memahami hakekat hijrah ini semenjak pertama diutus menjadi rasul, ketika beliau mendengar informasi dari Waroqoh bin Naufal yang disampaikan oleh istrinya tercinta Khodijah ra:” Alangkah baiknya saya masih hidup, ketika kaummu mengusirmu” (riwayat Bukhari) . Dari sinilah, di awal Rasul saw. menerima wahyu, beliau sudah sadar bahwa suatu saat akan diusir oleh kaumnya dan hijrah ke tempat lain.